Logo WhatsApp

Anda Mencari Menerima Jasa Konsultan ISO 9001 di Buton Kami Solusinya Hubungi : 0857 1027 2813 konsultaniso9001.net adalah Jasa Konsultan ISO 9001, Consultant ISO 14001, Konsultan ISO 22000, OHSAS 18001, Penyusunan Dokumen CSMS-K3LL, K3, ISO/TS 16949,Dll yang BERANI memberikan JAMINAN KELULUSAN & MONEYBACK GUARANTEE ( Tanpa Terkecuali ) yang tertuang dalam kontrak kerja. Sebagai Konsultan ISO dan HSE TERBAIK dan BERPENGALAMAN kami siap membantu perusahaan bapak dan ibu dalam membangun sistem manajemen ISO dan HSE dengan pendekatan yang sistematis tanpa ribet dengan tujuan bagaimana sistem ISO tersebut bisa bermanfaat bagi perkembangan perusahaan serta menjadi pondasi yang kuat untuk kemajuan perusahaan.

Menerima Jasa Konsultan ISO 9001 di Buton Melalui berbagai TRAINING ISO yang diselenggarakan menggunakan Metode Accelerated Learning, sehingga Karyawan Dipacu untuk lebih aktif dalam pembelajaran sehingga dapat menerapkan Sistem ini dengan Baik Nantinya. Menerima Jasa Konsultan ISO 9001 di Buton

Tag :
Konsultan ISO 9001 | Menerima Jasa Konsultan ISO 9001 di Buton

Jasa Konsultan ISO 9001 Terbaik dan Berpengalaman di Pekanbaru

Jasa Konsultan ISO 9001 Terbaik dan Berpengalaman di Pekanbaru | Hubungi : 0857 1027 2813 PT Bintang Solusi Utama adalah Jasa Konsultan ISO 9001, Consultant ISO 14001, Konsultan ISO 22000, OHSAS 18001, Penyusunan Dokumen CSMS-K3LL, K3, ISO/TS 16949,Dll yang BERANI memberikan JAMINAN KELULUSAN & MONEYBACK GUARANTEE ( Tanpa Terkecuali ) yang tertuang dalam kontrak kerja. Sebagai Konsultan ISO dan HSE TERBAIK dan BERPENGALAMAN kami siap membantu perusahaan bapak dan ibu dalam membangun sistem manajemen ISO dan HSE dengan pendekatan yang sistematis tanpa ribet dengan tujuan bagaimana sistem ISO tersebut bisa bermanfaat bagi perkembangan perusahaan serta menjadi pondasi yang kuat untuk kemajuan perusahaan. Jasa Konsultan ISO 9001 Terbaik dan Berpengalaman di Pekanbaru

Bagi Anda yang suka membaca atau perlu mengerjakan beberapa tugas membaca di tempat tidur, misalnya akan menghadapi ujian esok h

Bagi Anda yang suka membaca atau perlu mengerjakan beberapa tugas membaca di tempat tidur, misalnya akan menghadapi ujian esok harinya, tentunya cahaya telah menjadi faktor yang sangat penting. Memang membaca di tempat tidur juga tidak disarankan, namun jika didukung dengan pencayahaan yang tepat, kenapa tidak. Dan lampu tidur atau lampu meja disamping tampat tidur Anda bisa menjadi pilihan yang tepat.

Selain dapat memebantu Anda dalam pencayahaan ketika memebaca, lampu ini juga dapat memperindah ruangan. Selain efek cahayanya, modelnya pun juga bisa menampilkan kesan tersendiri dalam kamar Anda.

Kalau Anda tertarik untuk dapat mengisi ruangan pribadi Anda dengan lampu meja ini, tidak hanya asal memebeli. Namun juga disesuaikan dengan bentuk meja, serta konsep ruangan yang selama ini Anda ciptakan.

Berikut ada beberapa tips yang bisa menjadi panduan Anda ketika dalam membeli lampu meja untuk kamar Anda:

Pilih ukuran yang sesuai

Lampu ini Anda beli sebagai pelengkap meja kamar tidur Anda, jadi jangan memebeli lampu tidur dengan ukuran terlalu besar tauapun terlalu kecil, hingga tampak tidak proporsional. Itulah sebabnya Anda perlu memilih yang cocok dan menyatu dengan baik.

Sesuaikan interior

Kalau kamar Anda bernuansa sporty, misalnya banyak unsur sepak bola berarti jangan memilih lampu yang bergaya Victorian dengan ukiran yang detail. Karena lampu yang Anda pilih harus sesuai dengan gaya kamar Anda. Kalau kamar Anda bergaya interior yang klasik atau traditional, lempu berbahan kayu-kayuan bisa menjadi pilihan. Tak hanya serasi dengan ruangan, warna lampu pun juga harus Anda perhatikan.

Panjang lampu meja

Panjang serta tinggi lampu meja layak menjadi pertimbangan utama. Jika terlalu pendek, maka bahu Anda akan menutup semua cahaya. Kedengarannya hal ini juga merupakan suatu hal sepele, namun Anda tentunya tidak ingin membaca tanpa mendapat pencahayaan yang tepat bukan? Jika Anda membaca buku di malam hari, Anda mungkin ingin membaca dengan bertumpu pada bantal Anda yang nyaman daripada duduk di meja. Nah jika lampu menja Anda justru terlalu tinggi, ini juga dapat menyilaukan mata, dan Anda tidak mendapatkan cahaya yang maksimal. Inilah alasan mengapa Anda juga harus memeperhitungkan tinggi lampu yang akan Anda pilih.
    
Pilih lampu LED

Zaman sudah semakin berkembang pesat. Daripada Anda memanfaatkan lampu traditional, alangkah baiknya jika Anda beralih untuk menggunakan lampu LED. Selain lebih praktis, lampu jenis ini juga lebih hemat.

Setelah Anda mempertimbangkan banyak faktor diatas, jangan lupa sebelum membawa pulang lampu tersebut, cek terlebih dahulu bagaimana kondisinya. Dan perhatikan berapa besar daya atau watt nya. Anda tentunya tidak ingin tagihan Anda membengkak hanya karena lampu meja baru.

Oya, jika Anda memerlukan tempat kost murah di Cirebon yang bersih, aman, dan nyaman serta fasilitas lengkap, Pondok Avicenna di Jalan Taman Pemuda No. 2 Cirebon adalah pilihan yang tepat dan solusi terbaik.  Rumah kost murah di Cirebon ini memiliki 28 kamar.  Adapun fasilitas yang disediakan kostel di Cirebon ini diantaranya kamar mandi di dalam, closet duduk, internet unlimited 24 jam, meja belajar dan tempat tidur spring bed, lemari pakaian, AC Panasonic, air panas dan air dingin, gratis cuci pakaian per hari 5 potong, ruang tamu bersama, TV LCD dengan saluran HBO, Fox, RCTI, dll. Fasilitasnya lengkap, bukan? untuk ukuran mahasiswa/pelajar maupun karyawan.  Apalagi rumah kos di Cirebon menerima sewa kamar dengan sistem kos harian.  Ayo tunggu apalagi?  Kost-lah di Pondok Avicenna.

Saco-Indonesia.com - Tidak usah takut orang-orang KPK asalkan bkerja tulus iklas karena Alloh untuk memakmurkan bangsa ini sehebat apapun dukun yang akan menyerang orang-orang KPK tidak akan mampu melawan kekuatan Alloh.

Saco-Indonesia.com - Tidak usah takut orang-orang KPK asalkan bkerja tulus iklas karena Alloh untuk memakmurkan bangsa ini sehebat apapun dukun yang akan menyerang orang-orang KPK tidak akan mampu melawan kekuatan Alloh. karena orang-orang Koruptor itu jumlahnya kalah banya dengan orang-orang disakiti oleh Koruptor itu sendiri, jadi dengan banyaknya doa dari orang-orang tersakiti oleh koruptor maka santet apapun tidak akan berhasil untuk memerangi orang-orang KPK, terus berjuang tegakan hukum sesuai Quran dan Hadist. Percaya tidak percaya klenik juga berhubungan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ). Sejumlah paranormal menyebut ada upaya dari pihak sakit hati menyerang pimpinan lembaga antirasuah secara gaib.

Kabar itu makin santer ketika KPK mengusut dugaan korupsi yang menjerat dinasti Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah . Tanpa diminta beberapa paranormal datang untuk memberikan pengamanan.

Tokoh Banten Ahmad Subadri sempat bertemu dengan Ketua KPK Abraham Samad dan Wakil Adnan Pandu Praja agar tidak terpengaruh dengan serangan gaib. Sudah menjadi rahasia umum, Banten memang diidentikkan dengan hal-hal gaib yang demikian.

"KPK mengatakan tidak khawatir. Pak Abraham, Pandu mengatakan mereka siap lahir batin untuk memberantas korupsi di Banten," ujarnya.

Berikut cerita klenik di lembaga antikorupsi:

1. Ada serangan gaib, bola api & awan hitam masuk ke KPK

Serangan balik terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ternyata dilakukan juga secara gaib. Paranormal Permadi mengaku dapat melihat KPK 'dikerjai' oleh para koruptor yang memakai jasa dukun.


"KPK kalau malam ada bola api masuk, ada awan hitam masuk," kata Permadi di Gedung KPK Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (17/12).

Politikus Gerindra itu berpesan agar nyali lembaga anti korupsi tak ciut menghadapi serangan seperti itu. Pria yang dikenal gemar berpakaian hitam-hitam tersebut mengaku sudah membentengi KPK.

"Saya akan bantu KPK dengan Eyang Subur, enggak perlu takut. Saya sudah membersihkan KPK," kata mantan anggota DPR itu.

2. Santet diarahkan ke ketua dan wakil KPK

Paranormal Ki Sabdo Jagad Royo mendatangi Gedung KPK. Ki Sabdo mengaku datang ke KPK untuk memberitahu ada ancaman serius bagi para pimpinan KPK. Apa ancaman yang dimaksud Ki Sabdo?


"Ya banyak pokoknya. Dan itu dilakukan dengan cara-cara gaib yang tidak terlihat," imbuh paranormal asal Surabaya itu.

Saat ditanya siapa yang mengirimkan santet kepada pimpinan KPK tersebut, Ki Sabdo enggan menyebutkan secara detail. Menurutnya pihak-pihak yang saat ini ini sedang diendus korupsinya tidak senang dan akan menyantet para pimpinan KPK.

"Saya ingatkan kepada Ketua KPK dan wakilnya ada ancaman serius. Bahkan mengarah ke nyawa anda," ujar Ki Sabdo.

3. Ditemukan kantong plastik hitam isi kulit kayu

Gundukan tanah tidak wajar ditemukan di halaman KPK oleh petugas keamanan. Setelah digali ditemukan benda berupa bungkusan kantong plastik hitam berisikan kulit kayu berbau wangi kembang.


Selain itu ditemukan juga bungkus balsem dalam plastik putih. Benda-benda itu diduga sengaja dikirim oleh pihak bermasalah secara gaib dengan keperluan jahat seperti santet.

"Awalnya penjaga melihat ada gundukan tanah yang tidak wajar di halaman KPK, ketika digali kami menemukan benda tersebut," terang Juru Bicara KPK Johan Budi.

4. Anak buah hakim mau santet KPK

Hakim Agung Andi Abu Ayub Saleh mengungkapkan anak buahnya berencana mengirim teluh alias santet ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Menurut dia, anak buahnya, Suprapto, ingin melakukan itu karena takut ditangkap.


"Dia (Suprapto) bilang mau santet Mario, Djodi, KPK. Saya bilang, 'Mana bisa kau santet KPK'. KPK itu gedung," kata Andi.

Hal itu disampaikan Mario saat bersaksi dalam persidangan terdakwa kasus dugaan suap pengurusan kasasi perkara Hutomo Wijaya Ongowarsito di Mahkamah Agung dengan terdakwa Mario Cornelio Bernardo.

5. Serpihan garam di halaman KPK

Suatu hari para penjaga di Gedung KPK dikejutkan dengan berserakannya garam di halaman. Juru Bicara KPK Johan budi mengatakan hal tersebut memang sudah berulang kali terjadi.

"Ini bukan pertama kali kami menemukan benda-benda aneh di area gedung KPK," kata Johan.

 

Editor : Liwon Maulana

Sumber : Merdeka.com

WASHINGTON — The last three men to win the Republican nomination have been the prosperous son of a president (George W. Bush), a senator who could not recall how many homes his family owned (John McCain of Arizona; it was seven) and a private equity executive worth an estimated $200 million (Mitt Romney).

The candidates hoping to be the party’s nominee in 2016 are trying to create a very different set of associations. On Sunday, Ben Carson, a retired neurosurgeon, joined the presidential field.

Senator Marco Rubio of Florida praises his parents, a bartender and a Kmart stock clerk, as he urges audiences not to forget “the workers in our hotel kitchens, the landscaping crews in our neighborhoods, the late-night janitorial staff that clean our offices.”

Gov. Scott Walker of Wisconsin, a preacher’s son, posts on Twitter about his ham-and-cheese sandwiches and boasts of his coupon-clipping frugality. His $1 Kohl’s sweater has become a campaign celebrity in its own right.

Senator Rand Paul of Kentucky laments the existence of “two Americas,” borrowing the Rev. Dr. Martin Luther King Jr.’s phrase to describe economically and racially troubled communities like Ferguson, Mo., and Detroit.

Photo
 
Senator Marco Rubio of Florida praises his parents, a bartender and a Kmart stock clerk. Credit Joe Raedle/Getty Images

“Some say, ‘But Democrats care more about the poor,’ ” Mr. Paul likes to say. “If that’s true, why is black unemployment still twice white unemployment? Why has household income declined by $3,500 over the past six years?”

We are in the midst of the Empathy Primary — the rhetorical battleground shaping the Republican presidential field of 2016.

Harmed by the perception that they favor the wealthy at the expense of middle-of-the-road Americans, the party’s contenders are each trying their hardest to get across what the elder George Bush once inelegantly told recession-battered voters in 1992: “Message: I care.”

Their ability to do so — less bluntly, more sincerely — could prove decisive in an election year when power, privilege and family connections will loom large for both parties.

Advertisement

Questions of understanding and compassion cost Republicans in the last election. Mr. Romney, who memorably dismissed the “47 percent” of Americans as freeloaders, lost to President Obama by 63 percentage points among voters who cast their ballots for the candidate who “cares about people like me,” according to exit polls.

And a Pew poll from February showed that people still believe Republicans are indifferent to working Americans: 54 percent said the Republican Party does not care about the middle class.

That taint of callousness explains why Senator Ted Cruz of Texas declared last week that Republicans “are and should be the party of the 47 percent” — and why another son of a president, Jeb Bush, has made economic opportunity the centerpiece of his message.

With his pedigree and considerable wealth — since he left the Florida governor’s office almost a decade ago he has earned millions of dollars sitting on corporate boards and advising banks — Mr. Bush probably has the most complicated task making the argument to voters that he understands their concerns.

On a visit last week to Puerto Rico, Mr. Bush sounded every bit the populist, railing against “elites” who have stifled economic growth and innovation. In the kind of economy he envisions leading, he said: “We wouldn’t have the middle being squeezed. People in poverty would have a chance to rise up. And the social strains that exist — because the haves and have-nots is the big debate in our country today — would subside.”

Continue reading the main story
 

Who Is Running for President (and Who’s Not)?

Republicans’ emphasis on poorer and working-class Americans now represents a shift from the party’s longstanding focus on business owners and “job creators” as the drivers of economic opportunity.

This is intentional, Republican operatives said.

In the last presidential election, Republicans rushed to defend business owners against what they saw as hostility by Democrats to successful, wealthy entrepreneurs.

“Part of what you had was a reaction to the Democrats’ dehumanization of business owners: ‘Oh, you think you started your plumbing company? No you didn’t,’ ” said Grover Norquist, the conservative activist and president of Americans for Tax Reform.

But now, Mr. Norquist said, Republicans should move past that. “Focus on the people in the room who know someone who couldn’t get a job, or a promotion, or a raise because taxes are too high or regulations eat up companies’ time,” he said. “The rich guy can take care of himself.”

Democrats argue that the public will ultimately see through such an approach because Republican positions like opposing a minimum-wage increase and giving private banks a larger role in student loans would hurt working Americans.

“If Republican candidates are just repeating the same tired policies, I’m not sure that smiling while saying it is going to be enough,” said Guy Cecil, a Democratic strategist who is joining a “super PAC” working on behalf of Hillary Rodham Clinton.

Republicans have already attacked Mrs. Clinton over the wealth and power she and her husband have accumulated, caricaturing her as an out-of-touch multimillionaire who earns hundreds of thousands of dollars per speech and has not driven a car since 1996.

Mr. Walker hit this theme recently on Fox News, pointing to Mrs. Clinton’s lucrative book deals and her multiple residences. “This is not someone who is connected with everyday Americans,” he said. His own net worth, according to The Milwaukee Journal Sentinel, is less than a half-million dollars; Mr. Walker also owes tens of thousands of dollars on his credit cards.

Continue reading the main story

But showing off a cheap sweater or boasting of a bootstraps family background not only helps draw a contrast with Mrs. Clinton’s latter-day affluence, it is also an implicit argument against Mr. Bush.

Mr. Walker, who featured a 1998 Saturn with more than 100,000 miles on the odometer in a 2010 campaign ad during his first run for governor, likes to talk about flipping burgers at McDonald’s as a young person. His mother, he has said, grew up on a farm with no indoor plumbing until she was in high school.

Mr. Rubio, among the least wealthy members of the Senate, with an estimated net worth of around a half-million dollars, uses his working-class upbringing as evidence of the “exceptionalism” of America, “where even the son of a bartender and a maid can have the same dreams and the same future as those who come from power and privilege.”

Mr. Cruz alludes to his family’s dysfunction — his parents, he says, were heavy drinkers — and recounts his father’s tale of fleeing Cuba with $100 sewn into his underwear.

Gov. Chris Christie of New Jersey notes that his father paid his way through college working nights at an ice cream plant.

But sometimes the attempts at projecting authenticity can seem forced. Mr. Christie recently found himself on the defensive after telling a New Hampshire audience, “I don’t consider myself a wealthy man.” Tax returns showed that he and his wife, a longtime Wall Street executive, earned nearly $700,000 in 2013.

The story of success against the odds is a political classic, even if it is one the Republican Party has not been able to tell for a long time. Ronald Reagan liked to say that while he had not been born on the wrong side of the tracks, he could always hear the whistle. Richard Nixon was fond of reminding voters how he was born in a house his father had built.

“Probably the idea that is most attractive to an average voter, and an idea that both Republicans and Democrats try to craft into their messages, is this idea that you can rise from nothing,” said Charles C. W. Cooke, a writer for National Review.

There is a certain delight Republicans take in turning that message to their advantage now.

“That’s what Obama did with Hillary,” Mr. Cooke said. “He acknowledged it openly: ‘This is ridiculous. Look at me, this one-term senator with dark skin and all of America’s unsolved racial problems, running against the wife of the last Democratic president.”

Hired in 1968, a year before their first season, Mr. Fanning spent 25 years with the team, managing them to their only playoff appearance in Canada.

Artikel lainnya »