Gunung Merapi telah kembali menunjukkan aktivitasnya. Senin (10/3) pagi, beberapa desa di Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tenga
Gunung Merapi telah kembali menunjukkan aktivitasnya. Senin (10/3) pagi, beberapa desa di Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah telah diguyur hujan abu. Wilayah tersebut hanya berjarak sekitar 6 kilometer dari puncak gunung teraktif di Indonesia itu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, Sri Winoto juga membenarkan, hujan abu telah terjadi di wilayahnya. Berdasarkan informasi yang telah diterimanya, terjadi letupan kecil Merapi pada Senin pagi.
"Benar, info dari BPPTK (Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian) Yogyakarta, telah terjadi letupan kecil Gunung Merapi pada jam 07.08 WIB. Terdapat awan hitam dengan ketinggian sekitar 1.5 km. Arah angin barat daya, kemungkinan hujan abu ringan ke arah barat daya," ujar Winoto.
Akibat dari kejadian tersebut BPBD Klaten telah mengimbau masyarakat untuk harus mengenakan masker apabila akan bepergian ke luar rumah.
"Kami juga telah mengimbau warga agar tetap di rumah selama masih terjadi hujan abu. Mereka juga kita harap untuk tetap waspada. Kondisi Merapi masih normal, warga tidak perlu khawatir," katanya.
saco-indonesia.com, Jenazah seorang tenaga kerja wanita asal Kota Binjai, Sumatera Utara telah ditemukan nelayan dalam kondisi y
saco-indonesia.com, Jenazah seorang tenaga kerja wanita asal Kota Binjai, Sumatera Utara telah ditemukan nelayan dalam kondisi yang telah membusuk di dalam peti jenazah yang terapung di perairan laut Bagansiapiapi Sinaboi Provinsi Riau.
"Ketika ditemukan, kondisi mayat sudah membusuk di dalam peti mati dan terapung di laut," kata salah seorang keluarga korban tenaga kerja wanita (TKW) asal Binjai itu, Sri Nilawati, di Binjai, Senin.
Sri Nilawati juga menjelaskan bahwa adiknya itu, Anita Purnama Boru Huahuruk yang berusia (35) tahun , yang juga merupakan warga Jalan Bintara Kelurahan Satria Kota Binjai, yang bekerja di Malaysia sejak beberapa waktu yang lalu.
Mayat adiknya itu pertama kali telah ditemukan oleh nelayan dalam keadaan yang sudah membusuk di dalam peti dan terapung di laut di perairan Bagansiapiapi Sinaboi Provinsi Riau.
TKW yang telah meninggal dunia dengan kondisi mayat membusuk ini telah diketahui berkat informasi yang telah diterima dari polisi Airud Riau yang telah menghubungi mereka.
"Dari situlah kami dapat mengetahui bahwa adikku itu sudah meninggal dunia dalam keadaan membusuk di dalam peti mati," katanya.
Ditemukannya mayat adiknya itu berkat adanya buku paspor, cincin, kalung emas dan nomor hp di dalam dompetnya.
Sri Nilawati juga menjelaskan bahwa korban rencananya di Malaysia bekerja di rumah makan, namun sesampainya di sana ternyata menjadi pembantu rumah tangga.
Korban pergi ke Malaysia pada bulan Agustus 2013 lalu, melalui sebuah agen penyalur tenaga kerja ke luar negeri. "Namun kami tidak mengetahui perusahaan yang memberangkatkannya," katanya.
Sementara itu salah seorang adik korban lainnya, Faisal, juga menyatakan saat dirinya sampai di Bagansiapiapi Sinaboi untuk menjemput, kondisi mayat sudah tidak bisa dilihat karena sudah busuk, namun pihak keluarga yakin itu mayat Anita, karena terdapat tato bunga mawar di pundaknya dan indentitas lainnya.
Kemudian mayat yang dibungkus plastik di dalam peti jenazah itu dibawa pulang untuk segera dikebumikan. Kini keluarga belum tahu apa penyebab kematian korban hingga mayatnya bisa dibuang dan terapung ke laut.
Keluarga juga berharap kepada pemerintah untuk segera mengungkap kematian korban, karena pada saat dia pergi dari rumah dalam keadaan sehat, kata Faisal.
Editor : Dian Sukmawati
WASHINGTON — During a training course on defending against knife attacks, a young Salt Lake City police officer asked a question: “How close can somebody get to me before I’m justified in using deadly force?”
Dennis Tueller, the instructor in that class more than three decades ago, decided to find out. In the fall of 1982, he performed a rudimentary series of tests and concluded that an armed attacker who bolted toward an officer could clear 21 feet in the time it took most officers to draw, aim and fire their weapon.
The next spring, Mr. Tueller published his findings in SWAT magazine and transformed police training in the United States. The “21-foot rule” became dogma. It has been taught in police academies around the country, accepted by courts and cited by officers to justify countless shootings, including recent episodes involving a homeless woodcarver in Seattle and a schizophrenic woman in San Francisco.
Now, amid the largest national debate over policing since the 1991 beating of Rodney King in Los Angeles, a small but vocal set of law enforcement officials are calling for a rethinking of the 21-foot rule and other axioms that have emphasized how to use force, not how to avoid it. Several big-city police departments are already re-examining when officers should chase people or draw their guns and when they should back away, wait or try to defuse the situation