Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah memeriksa Neneng Sri Wahyuni, sebagai saksi terkait dalam kasus dugaan korupsi proyek H
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah memeriksa Neneng Sri Wahyuni, sebagai saksi terkait dalam kasus dugaan korupsi proyek Hambalang.
Istri mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin, itu akan bersaksi untuk tersangka Anas Urbaningrum.
"Yang bersangkutan telah diperiksa sebagai saksi untuk AU (Anas Urbaningrum)," ungkap Kabag Pemberitaan dan Publikasi KPK, Priharsa Nugraha saat dikonfirmasi wartawan, Senin (10/3/2014).
Terpidana dalam kasus korupsi PLTS di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) itu sudah tiba di Gedung KPK sekira pukul 10.30 WIB dengan menumpang mobil tahanan.
Neneng pun hanya menutupi wajahnya dengan kerudung berwarna biru dan telah memilih bungkam saat memasuki Gedung KPK.
Rencananya, hari ini lembaga antikorupsi ini juga akan memeriksa Anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat Juhaeni Alie.
Seperti yang telah diketahui, Anas telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan penerimaan hadiah atau janji (gratifikasi) terkait proyek Hambalang dan atau proyek lain oleh KPK. Anas diduga telah menerima gratifikasi berupa mobil Toyota Harrier saat menjadi anggota DPR dari Fraksi Demokrat.
Anas telah dijerat dengan menggunakan Pasal 12 huruf a atau b atau Pasal 11 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah oleh Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Belakangan, Anas juga dijerat dengan pasal Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dan sudah mendekam di Rutan KPK.
Saco-Indonesia.com — Bagi tiap-tiap pemilik rumah memiliki kriteria tersendiri mengenai tetangga yang diidam-idamkannya.
Saco-Indonesia.com — Bagi tiap-tiap pemilik rumah memiliki kriteria tersendiri mengenai tetangga yang diidam-idamkannya. Menurut hasil survei yang dilakukan situs properti Redfin, rata-rata pemilik properti di Amerika Serikat menginginkan hal ini. Mereka ingin tinggal berdekatan dengan tetangga yang tidak berisik. Lantas, bagaimana dengan kuburan? Bukankah penghuninya tidak akan berisik selamanya?
Lebih mengejutkan lagi, ternyata survei itu membuktikan bahwa hunian yang berada tidak jauh dari pemakaman memang menarik pasar, meski memakan waktu lebih lama. Berdasarkan survei Redfin tersebut, hunian-hunian yang ada di dekat pemakaman memang membutuhkan waktu lebih lama untuk dijual. Namun, nilainya tidak lebih rendah dari hunian yang berada jauh dari pemakaman.
Seperti diberitakan dalam Huffington Post, rata-rata rumah yang berada paling dekat dengan pemakaman terjual dengan harga 162 dolar AS per kaki persegi (sekitar Rp 1,8 juta). Sementara itu, rumah yang berada lebih jauh (500 yard atau sekitar 457,2 meter) dari pemakaman harganya justru lebih murah, yaitu 145 dollar AS (Rp 1,6 juta) per kaki persegi.
"Memiliki rumah di sebelah pemakaman mungkin lebih sulit untuk dijual. Namun, selalu ada sekelompok orang yang mungkin menyukai spesifikasi rumah tersebut, meski faktor 'menyeramkan' kemungkinan membuat mereka enggan mengelilingi rumah," ujar agen realestat Redfin di Chicago, Amerika Serikat, John Malandrino.
Namun, agen realestat Redfin di Baltimore, Lyn Ikle, mengatakan, "Seperti halnya bicara soal membeli rumah, ada pro dan kontra untuk urusan tinggal di dekat pemakaman. Keuntungannya adalah, umumnya, tidak akan ada pembangunan di masa mendatang di atas pemakaman. Biasanya pula ada ruang terbuka yang terpelihara dengan baik, hening, dan tidak sedikit pemakaman tampak indah. Sisi negatifnya, pemakaman sering kali memberikan perasaan tidak nyaman. Pemakaman seolah merepresentasikan mortalitas."
Survei ini menganalisis data dari 90 data sensus area metro dan mikro di seantero Amerika Serikat pada Januari 2012-September 2013. Data secara lengkap tersedia di situs Redfin.
Sumber :www.huffingtonpost.com/kompas.com
Editor : Maulana Lee
Pronovost, who played for the Red Wings, was not a prolific scorer, but he was a consummate team player with bruising checks and fearless bursts up the ice that could puncture a defense.
Mr. Tepper was not a musical child and had no formal training, but he grew up to write both lyrics and tunes, trading off duties with the other member of the team, Roy C. Bennett.